Jumat, 14 Desember 2012

Perang supoter di dunia Maya




Pertemuan pertama partai final Piala AFF 2010 Malaysia vs Indonesia baru dihelat di Bukit Jalil, Kuala Lumpur, Minggu (26/12), tapi suasana panas kedua kubu telah ditabuh. Saling caci maki di antara kedua pendukung negara bertetangga ini memenuhi ruangan dunia maya via twitter maupun facebook. Tapi ada juga yang mencoba mendinginkan suasana.
Seperti sudah diketahui, tidak harmonisnya hubungan Indonesia dan Malaysia dimulai sejak munculnya kasus Ambalat yang diklaim negeri Jiran sebagai wilayah mereka. Selanjutnya, berbagai kebudayaan Indonesia, seperti Tari Reog dari Ponorogo, lagu daerah ‘Rasa Sayang-sayange’ dari Maluku, hingga batik bahkan diklaim sebagai milik Malaysia.
Hal itulah yang lantas menimbulkan kemarahan rakyat Indonesia, sehingga semakin mempererat sikap nasionalisme di antara a suporter setelah bertemu dengan Malaysia di partai final Piala AFF. Kabarnya, puluhan ribu rakyat Indonesia di Negeri Jiran, akan memerah-putihkankan stadion Bukit Jalil.
DUKUNGAN JAKMANIA
“Kami dikabarkan jika para suporter yang berada di Malaysia akan datang ke Stadion Nasional Bukit Jalil untuk mendukung timnas Indonesia. Sebagian dari mereka adalah The Jakmania yang kini bekerja dan kuliah di Malaysia,” aku Sekretaris Jenderal The Jakmania, Richard Ahmad, saat dihubungi Pos Kota, Selasa (21/12).
“Karena ini laga yang sangat emosional, jadi saya pikir bukan hanya The Jakmania yang merasa terpanggil untuk mendukung timnas. Seluruh warga negara Indonesia yang berada di Malaysia dan Singapura, juga pasti akan datang ke Stadion,” lanjutnya.
Harimau Malaya tampaknya ngeper melihat dukungan tim Garuda. Hal ini terlihat dengan berbagai cara yang dilakukan oleh Malaysia untuk menghindari lebih banyaknya para suporter Indonesia ketimbang Malaysia. Hal itu terungkap melalui pernyataaan Sekretaris Jenderal Asosiasi Sepak Bola Malaysia (FAM), Datuk Azzuddin Ahmad.
“Kami akan membatasi tiket untuk para pendukung Indonesia. Kami akan memberikan 15 ribu tiket seharga 30 ringgit atau setara Rp86.500 dan 500 tiket lainnya seharga 50 ringgit atau setara Rp144.000 untuk mereka. Hal ini sudah kami sampaikan kepada Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kuala Lumpur,” katanya, Selasa (21/12).
Kekhawatiran penguasaan Stadion oleh para suporter Indonesia juga terungkap dari pernyataan Manajer Tim Nasional Sepak Bola Malaysia, Datuk Subahan Kamal. “Beli tiket lebih awal, kalau bisa dapatkan beberapa hari sebelum pertandingan supaya tiket tidak kehabisan karena diborong oleh pendukung lawan kita yang memang ketahui cukup bersemangat ingin menonton pertandingan ini,” kata Subahan seperti dikutip utusanonline.
Di dalam negeri, ajakan untuk ‘melawan’ Malaysia juga disampaikan melalui berbagai cara. Ada yang mengajak suporter untuk mengenakan batik saat menyaksikan pertandingan final nanti hingga menyanyikan lagu Rasa Sayange untuk mengejek Malaysia yang senang mengklaim karya anak bangsa Indonesia.
TIKET PESAWAT DISERBU
Besarnya dukungan suporter sepakbola Indonesia terhadap Timnas yang sedang mencapai puncaknya terlihat pula dari penjualan tiket pesawat. Bahkan untuk partai final leg pertama di Kualalumpur, Malaysia, tiket pesawat Garuda Indonesia sudah habis terjual.
”Tiket untuk tanggal 25 dan 26 Desember sudah habis terjual. Bahkan kami akan menambah penerbangan lagi ke Kualalumpur untuk tanggal 26 Desember,” cetus Ikhsan, humas Garuda Indonesia, semalam kepada Pos Kota.
Menurut Ikhsan, sejak kemarin, tiket pesawat Garuda ke Kualalumpur sudah laku keras setelah Indonesia lolos ke babak final. Ikhsan menjelaskan, pada 26 Desember Garuda Indonesia menambah penerbangan dengan pesawat Boeing 747-400 yang berkapasitas 428 tempat duduk. Penambahan seat pesawat ini juga diyakini bakal habis terjual dalam dua hari ke depan. Makanya Garuda juga menyiapkan pesawat cadangan lain. ”Yang pasti baru satu pesawat kita tambahkan yakni Boeing 747-400,” katanya.
Ia menambahkan, setiap harinya Garuda melakukan dua kali penerbangan ke Malaysia, yakni Pkl. 08:45 WIB dan Pkl. 17:10 WIB. Setiap penerbangan tersebut membawa 150 penumpang, berarti jika dua kali dalam sehari berarti akan membawa 300 penumpang.
Mengenai penambahan pesawat Boeing 747-400 tadi, Ikhsan beralasan itu demi kesuksesan Timnas Indonesia bertanding di negeri tetangga. ”Jika pendukung Indonesia menyaksikan langsung di Stadion Bukit Djalil, maka semangat Timnas pun bertambah,” katanya.
Sementara itu, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), menegaskan pemberian tiket pertandingan sepakbola Piala AFF kepada penyelenggara negara dan pegawai negeri masuk kategori gratifikasi.
Untuk itu, KPK mengimbau pihak-pihak yang selama ini mendapat tiket pertandingan, termasuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, agar segera melapor.
“Tentunya bukan masalah siapanya yang mengkoordinir (termasuk Presiden). Tapi yang menerima itu termasuk penyelenggara negara atau bukan,” kata Wakil Ketua KPK M Jasin, di Gedung KPK, Jl. HR Rasuna Said, Jakarta, Selasa (21/12).
Menurut Jasin, dimasukannya pemberian tiket sebagai bentuk gratifikasi sesuai dengan pasal 12 B undang-undang 31/1999 sebagaimana diubah 20/2001 tentang pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor).
Menurutnya, dalam gratifikasi itu termasuk diskon, pemberian uang, barang, entertain, tiket pesawat, hotel serta akomodasi lain.
“Bukan hanya tiket pesawat saja, termasuk tiket nonton bola,” Kata Jasin “Itu bukan perintah KPK, tapi undang-undang.” Untuk itu, Jasin meminta agar pihak-pihak yang selama mendapat guyuran tiket dari penyelenggara pertandingan Piala AFF, dalam hal ini Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), agar segera melapor ke KPK.
Dalam dua pertandingan semifinal Piala AFF cukup banyak sejumlah pejabat bahkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ikut menikmati pertandingan langsung dari stadion Gelora Bung Karno, Jakarta.
Ketua Umum PSSI, Nurdin Halid, dalam berbagai kesempatan menjelaskan pihaknya mengundang pejabat negara sebagai kewajaran. Lantaran di beberapa negara, pejabat negara juga diundang sebagai tamu kehormatan. Semuanya dilakukan sesuai standar FIFA dan AFC. (poskota)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar